REKLAMASI TULISAN DI ERA DIGITAL

Karena lagi gencar-gencarnya isu reklamasi teluk benoa di Bali dan beberapa pulau di Jakarta, saya jadi terinspirasi dengan keadaan dunia tulisan yang bisa jadi dipertanyakan keabsahannya. Kenapa? Yah karena dengan menjamurnya website-website abal abal yang memberikan pemberitaan atau artikel artikel ngawur dan tidak bertanggung jawab. Bukan hanya website saja. Tapi sudah adanya trik trik politik yang menggirita di media media. Baik lokal ataupun Nasional. Itupun sudah terbukti dengan saling adu argument dalam pemberitaan. Sah sah saja kita berpendapat, tapi juga harus di buktikan dengan benar. Karena dunia digital semakin luas. Dan kita harus bisa membenakan mana yang fiktif dan non fiktif.
Dunia digital tidak berdampak surutnya dunia penerbitan buku dan sebagainya. Itu dikarenakan semakin banyaknya penulis yang lebih ke pemberian pola pikir melalui tulisan. Dengan begitu, tanpa kita sadari prospek penerbitan buku semakin tinggi. Baik itu dalam bentuk fisik ataupun ebook. Banyak sekali sumber-sumber buku digital ataupun penerbit buku yang siap mengedarkan tulisan kita. Akan tetapi pantaskah tulisan itu dibaca? Jangan sampai buku buku  itu meracuni pola pikir. Jadikanlah buku atau ebook sebagai obat ilmu untuk mengasah pengetahuan.
Saya ingat testimoni seseorang di salah satu komunitas penulis besar yang mengatakan "buku best seller, belum tentu bagus isinya". Dan benar sekali. Karena banyak faktor yang bisa menjadikan buku itu best seller atau tidak. Misalnya dari siapa penulisnya, penerbitnya dan sebagainya. Buku yang bagus adalah buku yang memberikan kita banyak pengetahuan dan bisa memberikan dampak positif untuk pembacanya. Oleh karenanya, di era digital ini hendaknya lebih memfilter buku bacaan baik untuk diri kita, keluarga dan teman. Be a positif thinking.